“Jas Merah –
Jangan sekali-kali melupakan sejarah”, itulah pesan dari Bung Karno (Presiden
pertama Republik Indonesia)
Aku menyukai
museum, dengan berkunjung ke museum itu artinya kita tidak membiarkan sejarah
dan budaya hanya sebatas dongeng masa lalu. Kita bisa tau bagaimana bentuk
bangunan, seni, artefak, benda-benda peninggalan lain yang memang nyata adanya.
Kemarin, aku
berkesempatan #jelajahmuseum untuk mengantarkan my special roomate Miftakhun Naja mengunjungi Kota Tua, Jakarta.
Kami datang terlambat – siang hari, karena pagi harinya kami sedang menjalankan
event Sanggar Juara di Bundaran Hotel
Indonesia, sehingga kami hanya bisa memasuki tiga museum yang ada disana.
Bagaimana cara
menuju Kota Tua? Mudah sekali. Kamu bisa menggunakan transportasi umum
commuterline atau sering disebut KRL dan berhenti di stasiun Jakarta Kota. Nah
sampai di stasiun tersebut kamu bisa jalan kaki untuk menjelajahi museum-museum
yang ada di Kota Tua.
Lets Go!
1. Museum Bank Mandiri
Buat kamu yang
menyukai dunia perbankan, kamu bisa mengunjungi museum Bank Mandiri. Disana
terdapat koleksi peralatan perbankan tempoe doloe dan perkembangannya. Ornamen
bangunan, interior, dan furnitur masih tetap dalam kondisi asli sejak pertama
bangunan itu berdiri.
Mifta dengan sepeda kayuh tempoe doloe |
Becak mini |
Mesin tik untuk membuat laporan era 90-an |
Membaca cerita Bank Mandiri dari masa ke masa |
Hal menarik
disana yang masih membuat aku penasaran adalah VIP Room. Terdapat satu ruang
VIP yang tidak diperbolehkan bagi pengunjung untuk memasukinya. Waktu itu, aku
dan Mifta tidak tahu bahwa ruangan tersebut tidak boleh untuk dimasuki,
sehingga kami sempat melihat kedalam yang kemudian Bapak Satpam menegur kami
berdua. Di ruangan tersebut terdapat lemari, meja bundar, dan 5 kursi yang
memutari meja. Kami masih bingung, kenapa ruangan tersebut dilarang dimasuki
oleh pengunjung padahal hanya terdapat perlengkapan sederhana dan AC selalu
dalam kondisi menyala bahkan terasa sangat dingin.
Suasana meja kerja teller |
Tangga menuju lantai 2 |
Penanda arah ruang di lantai 2 Museum Bank Mandiri |
Bagi pelajar
atau mahasiswa kamu akan dikenakan biaya sebesar Rp 2.000,- untuk masuk ke
museum Bank Mandiri. Lokasi: Jalan Lapangan Stasiun 1, Jakarta Barat.
2. Museum Bank Indonesia
Nah di museum
ini, sama seperti museum Bank Mandiri yang menyajikan alat-alat atau teknologi
perbankan pada zaman dahulu. Namun di museum Bank Indonesia sudah memiliki alat
pendukung informasi yang lebih canggih, terdapat fasilitas LED, headphone di
beberapa sisi dan menyajikan video-video seputar sejarah perkembangan sistem
transaksi terdahulu. Mulai dari sistem barter, emas yang ditukarkan dengan
bahan-bahan pokok, rempah-rempah, dsb. Kamu juga akan melihat jatuh bangun
perekonomian di Indonesia, masa-masa krisis moneter sejak era pra kolonial, dan
koleksi mata uang pertama yang dicetak oleh Indonesia hingga koleksi mata uang
negara-negara lain di dunia.
Kaca-kaca yang dibentuk menyerupai gedung-gedung tinggi |
Suasana balkon di Bank Indonesia |
Foto ibu Megawati selaku mantan presiden RI |
Bagi pelajar
atau mahasiswa kamu tidak dikenakan biaya sama sekali atau gratis dengan
menunjukkan identitas yang masih berlaku. Lokasi: Jalan Pintu Besar Utara No 3,
Jakarta Barat. (Tepat di sebelah museum Bank Mandiri)
3. Museum Sejarah Jakarta
Museum ini
adalah jantung Batavia Lama. Lebih dikenal dengan sebutan museum Fatahillah
atau museum Batavia. Bangunan ini dulunya adalah sebuah Balai Kota di era
kolonial Belanda. Terdapat artefak, lukisan, dan patung-patung di dalam museum
ini yang menceritakan masa perjuangan Jakarta (yang dulunya Batavia) mulai dari
zaman prasejarah hingga kemerdekaan Republik Indonesia.
Patung Pangeran Fatahillah |
Suasana dari taman tengah museum Fatahillah |
Salah satu prasasti yang ada |
Di tengah
museum, terdapat taman cantik dan beberapa tempat berteduh yang sudah di
renovasi, disisi lain terdapat penjara wanita. Konon bagi orang-orang yang
beruntung akan mencium wangi-wangian bunga disana, namun bagi pengunjung biasa
akan mencium bau amis di penjara wanita tersebut.
Alun-alun depan Museum Fatahillah |
Di depan
museum ini, terdapat alun-alun besar yang dilengkapi air mancur yang berfungsi
sebagai pemasok air ke rumah-rumah di sekitarnya. Alun-alun museum Fatahillah
sangat ramai, banyak seniman yang memamerkan keindahan seni disana. Kamu juga
bisa menyewa sepeda kayuh beraneka warna yang dilengkapi dengan topi cantik
senada dengan sepeda yang kamu pilih.
Untuk masuk ke
museum ini, kamu akan dikenakan biaya sebesar Rp 3.000,- saja bagi pelajar atau
mahasiswa. Lokasi: Jalan Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat.
Kami juga
menyempatkan diri untuk mampir di sebuah kafe yang sudah ada sejak zaman
Belanda. Bentuk dan isi di dalam kafe
tidak berubah sama sekali, hanya saja ada beberapa renovasi di bagian luar
kafe. Yups, Batavia Cafe. Harga memang relatif tinggi untuk ukuran kantong
mahasiswa, namun makanan yang disajikan rasanya sebanding, jadi kalian tidak
akan menyesal untuk mampir ke kafe ini. Nuansa Belanda sangat terasa, ornamen
dan hiasan yang digunakan masih sangat klasik. Kita juga dapat menikmati live music yang menyajikan lagu-lagu
Belanda dan lagu Indonesia tempoe doloe.
Nampak luar dari Batavia Cafe |
Ruang tengah |
Suasana klasik jaman dulu |
Jika kamu
kesulitan dengan arah tujuan kamu di Kota Tua, jangan ragu atau malu untuk
datang ke pos informasi dan keamaanan. Disana akan disambut hangat oleh Bapak
penjaganya lhoJ
kalian juga akan mendapat citymap
kota Jakarta, brosur, pocketmap, bookmark I love Jakarta, dan buku
mengenai warisan budaya Jakarta.
![]() |
Pak Ozi dan Pak Hendry penjaga pusat informasi |
Oke, tunggu
kisah #jelajahmuseum #visitmuseum #ilovemuseum selanjutnya bersama @diancnd
yaa! Follow juga instagram @visitmuseum. Aku akan memberikan sedikit info-info menarik seputar museum lainnya.
Salam sejarah dan budaya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar